Cerita Mengerikan Tragedi Bintaro 1987

shares

Cerita Mengerikan Tragedi Bintaro 1987Kecelakaan kereta KRL dengan truk tangki BBM di Bintaro hari Senin, 9 Desember 2013  kemarin mengingatkan orang pada tragedi yang terjadi di tempat yang sama pada 25 tahun silam. Ya, ketika itu terjadi kecelakaan tabrakan 2 kereta api yang sangat banyak memakan korban jiwa. Peristiwa itu terkenal dengan ‘Tragedi Bintaro’.

Jalur kereta Tanah Abang-Rangkasbitung bisa dibilang angker. Kecelakaan kali ini  tidak jauh berbeda dari kecelakaan 1987. Kecelakaan kereta di Bintaro pada 19 Oktober 1987 terjadi hanya karena keteledoran petugas stasiun. Seratus lebih penumpang mengalami nasib nahas. Dan ini lah cerita mengerikan terjadinya tabrakan hebat dahsyat itu:

Tragedi Bintaro 1987

kecelakaan kereta api bintaro


KA 225 jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang pukul 05.05 berangkat dari Rangkasbitung. Seperti biasa, penumpang berada di atap gerbong dan berdempetan di dalam lokomotif. Pukul 06.50, kereta tiba di Stasiun Sudimara. Selama lima menit, kereta berhenti di Sudimara untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.

Kemudian petugas PPKA meniupkan pluit atau semboyan 46. Artinya, KA 225 harus melakukan langsir. Waktu itu, KA 225 berada di lintasan tiga dan jalur itu akan dilewati kereta KA 220 yang datang dari Kebayoran Lama pukul 06.46. Petugas mengarahkan KA 225 dipindahkan ke lintasan satu, sedangkan di lintasan dua ada kereta api pengangkut semen milik PT Indocement dari Cibinong.

Di luar dugaan, pukul 06.55, masinis KA 225 bukanya membawa kereta langsir justru membawa kereta terus bergerak meninggalkan Stasiun Sudimara. Petugas PPKA, Jamhari, langsung berusaha menghentikan kereta. Ia berlari sambil meniupkan pluit memanggil masinis KA 225. Jamhari juga mengibas-ngibaskan bendera merah, yang artinya menyuruh kereta berhenti. Kereta terus melaju, bahkan penumpang yang berada di atap malah menyoraki Jamhari sambil tertawa-tawa.

Delapan kilometer setelah KA 225 meninggalkan Stasiun Sudimara atau sekitar 10 menit di kilometer 17, KA 225 menabrak KA 220 yang sudah berangkat dari Stasiun Kebayoran Lama.

Masinis KA 225 mengaku ia baru melihat KA 220 sekitar 30 meter sebelum tabrakan, dan ia tidak sempat mengerem. Waktu itu, KA 225 melaju dengan kecepatan 45 kilometer/jam, sedangkan lawannya, KA 220, bergerak cuma dengan kecepatan 25 kilometer/jam. Hasilnya, 139 korban tewas dan 123 luka berat.

Kecelakaan kereta kali ini memang bukan antara kereta api dengan kereta api, tapi dengan truk tangki BBM. Namun begitu, korban yang ditimbulkan meski lebih sedikit disbanding tragedy Bintaro 1987, tetaplah terbilang banyak. Karena kehilangan satu nyawa adalah sesuatu yang sangat besar bagi siapapun. 

Related Posts

0 comments:

Posting Komentar