MEMALUKAN ! 70 Kepala Sekolah Dan Guru Berkomplot Bocorkan Kunci UN SMA 2014
21.13 |
Betul-betul berita yang bikin miris di hati. Sikap keras
pemerintah bahwa soal ujian nasional (unas) SMA tidak bocor akhirnya
terpatahkan. Berdasar keterangan pihak-pihak yang telah ditangkap dan diperiksa
polisi, diketahui bahwa soal unas SMA benar-benar telah bocor dan kunci
jawabannya sudah menyebar ke mana-mana.
Naskah soal unas itu bocor karena dicuri. Tidak main-main,
pencurian tersebut melibatkan sekitar 70 kepala sekolah (Kasek) dan guru yang
bekerja secara terstruktur. Semua adalah Kasek dan guru SMA negeri maupun
swasta dari Lamongan.
’’Kunci jawaban bukan aslinya. Ini tidak bocor dari pusat.
Tapi, ini adalah hasil menjawab sendiri oleh sekelompok guru di Lamongan
setelah mereka mencuri naskah soal,’’ kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol
Setija Junianta Senin (12/5).
Para guru mencuri? Setija menyatakan bahwa itulah
kenyataannya. ’’Pencurian ini dilakukan dengan modus mengelabui polisi yang
mengawal proses distribusi naskah soal ketika menuju polsek,’’ terangnya.
Sebelum pelaksanaan unas, naskah soal di setiap
kabupaten/kota memang disimpan di mapolres setempat. Dua hari sebelum
pelaksanaan unas, naskah soal lantas didistribusikan ke polsek-polsek jajaran.
Mekanisme yang sama berlaku di Lamongan. Pada Sabtu (12/4), naskah soal
didistribusikan dari Polres Lamongan ke polsek-polsek di seluruh Lamongan.
Distribusi umumnya menggunakan mobil kepala sekolah atau
guru. Satu mobil dikawal seorang polisi. Selain itu, ada tiga sampai lima guru
yang ikut serta mengawal. Saat perjalanan menuju polsek itulah, naskah soal
dicuri. Guru yang turut dalam pengawalan mengajak berhenti polisi untuk makan
di rumah makan. Karena yang mengajak adalah guru, polisi pengawal tidak curiga.
’’Pada saat makan, ada salah seorang guru yang mengambil sebundel amplop naskah
soal,’’ papar Setija. Sebundel ampol berisi 20 model naskah soal.
Pencurian tidak hanya dilakukan di satu tempat. Sesuai
dengan skenario jahat yang telah mereka susun, agar pencurian itu tidak
mencolok, setiap satu tempat (satu rombongan guru) hanya kebagian mengambil
satu amplop soal. Lantaran unas SMA mengujikan enam mata pelajaran, pencurian
dilaksanakan di enam titik dengan sasaran enam mobil berbeda. Setiap tempat
(rombongan guru) mengambil satu naskah soal yang berbeda. Karena itu, ketika
dikumpulkan, naskah soal enam mata pelajaran yang mereka dapatkan sudah
lengkap.
’’Sesungguhnya itu bisa dijawab saat ini. Tapi, kami lakukan
gelar perkara dulu dengan Polda Jawa Timur. Yang jelas, naskah soal itu dicuri
sekelompok guru,’’ tegas Setija.
Berdasar penelusuran Jawa Pos di Lamongan, kebocoran tersebut
tidak terjadi di satu titik. Tetapi, kebocoran itu terjadi di enam titik
sekaligus atau sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diujikan dalam unas
SMA. Enam titik tersebut adalah Lamongan Kota, Babat, Bluluk, Ngimbang,
Kedungpring, dan Karang Binangun.
Di enam titik itu, guru SMA negeri dan swasta saling
berkolaborasi. Setiap titik mencuri satu naskah soal sesuai dengan yang
disepakati. Misalnya, di Lamongan Kota mereka sepakat mencuri naskah bahasa
Indonesia. Jadi, yang dicuri adalah naskah soal bahasa Indonesia.
Naskah tersebut lantas dikumpulkan di dua posko. Yakni,
posko Bluluk dan Babat. Di dua posko itu, sudah menunggu puluhan guru terpilih
dari SMA negeri dan swasta untuk mengerjakan naskah soal yang sudah dicuri.
Karena yang mengerjakan merupakan guru-guru terpilih, pengerjaannya tidak
memakan waktu lama. Pengerjaan soal selesai pada Sabtu (12/4) atau saat itu
juga.
Jawaban yang dihasilkan tersebut kemudian disimpan dalam
bentuk CD dan flashdisk. CD dan flashdisk lantas diberikan kepada semua kepala
sekolah yang telah sepakat berkomplot dan berbuat curang. Baik kepala sekolah
negeri maupun swasta. ’’Alurnya memang dari pencurian, lalu dikerjakan
bersama-sama oleh sekelompok guru dan kemudian diberikan kepada kepala
sekolah,’’ jelas Setija.
Dari kepala sekolah itu, jawaban digandakan guru-guru yang
ditunjuk di setiap sekolah untuk kemudian dibagikan kepada siswa. ’’Ini sudah
direncanakan sangat matang dan sistematis. Ini tidak hanya dilakukan tahun ini,
tapi minimal sudah dua tahun. Sebab, tahun lalu ada peredaran kunci jawaban
juga,’’ papar Setija.
Lalu, bagaimana nasib naskah soal yang dicuri? Lantaran
pencurian itu sudah direncanakan sangat matang, sekelompok guru dan kepala
sekolah tersebut membuat alur cerita yang cantik. Begitu naskah soal kembali
dihitung di polsek, sekelompok guru telah kongkalikong menjawab bahwa naskah
soal komplet. Demikian pula ketika saat pemeriksaan dan perhitungan saat naskah
soal diambil dari polsek ke sekolah pada hari H pelaksanaan unas. Padahal,
sejatinya naskah itu kurang satu amplop.
Agar ketika dibagikan kepada siswa tidak ada yang kurang,
naskah soal yang dicuri tadi dibawa langsung ke sekolah bersangkutan dan
disatukan kembali dengan naskah soal lain. ’’Ini melibatkan banyak guru dan
kepala sekolah. Jadi, terlihat seperti tidak ada yang ganjil. Yang jelas, ada
cukup banyak guru dan kepala sekolah yang terlibat,’’ ungkap Kasatreskrim
Polrestabes Surabaya AKBP Farman.
Kunci jawaban yang disebar di Lamongan dibagikan secara
gratis. Tetapi, tidak dengan di Surabaya. Kunci jawaban tersebut dikomersialkan
Muhammad Nasrun Abid. Nama itulah yang membawa kunci jawaban dari Lamongan ke
Surabaya. Abid memperoleh kunci jawaban dari pamannya yang guru SMAN 3 Lamongan
Edy Purnomo. Selain itu, dia dapat dari kerabatnya yang lain, yaitu Wakil
Kepala MTs Putra Putri Lamongan Ibnu Mubarrok.
Sebagaimana halnya siswa-siswa di Lamongan, Abid mendapatkannya
secara gratis. ’’Abid lalu menjualnya kepada Joki Gosok seharga Rp 150 juta,’’
kata Farman. Joki Gosok atau DN Bagus Danil Bimantara merupakan pengedar kunci
jawaban di Surabaya. Joki Gosok mengenal Abid dari pengedar sebelumnya, Bung T.
Di tangan Joki Gosok, kunci jawaban dijual kepada siswa di
delapan SMAN di Surabaya. Harganya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 35 juta untuk
setiap sekolah. Jaringan Joki Gosok akhirnya dibongkar anggota Unit Kejahatan
Umum (Jatanum) Satreskrim Polrestabes Surabaya saat pelaksanaan unas SMA hari
ketiga 16 April lalu.
Joki Gosok dan empat anggotanya kemudian dibekuk polisi di
tempat pelariannya di Jogjakarta pada 26 April lalu. Dari penangkapan Joki
Gosok, terungkap nama pemasoknya, yakni Abid, dan kemudian berkembang ke
penangkapan Edy serta Ibnu. ’’Dari pengungkapan itu, kami kembangkan. Hasilnya,
kami mendapati fakta bahwa kunci itu berasal dari pencurian naskah soal di
Lamongan,’’ ucap Setija.
Polisi sudah memeriksa semua yang terlibat. Bukan saja
mereka yang mengedarkan di Surabaya, tetapi juga kelompok kepala sekolah dan
guru di Lamongan yang mencuri serta menyebarkannya. ’’Semua sudah kami periksa.
Tapi, kami tidak menahannya. Kami masih harus melakukan gelar perkara dengan
Polda Jawa Timur. Yang pasti, pengusutan kasus ini sudah kami tuntaskan,’’
tandas Setija.
0 comments:
Posting Komentar