Kasus Pembunuhan Sara: Keluarga Sara Minta Maaf Pada Pelaku
21.52 |
Keluarga Ade Sara Angelina Suroto (19) tidak hanya memaafkan
tindakan pelaku yang membunuh Sara. Keluarga, melalui paman Sara, Yohanes
Sutarto, juga meminta maaf jika ada tindakan dan perkataan Sara yang telah
melukai kedua pelaku sehingga terjadi peristiwa pembunuhan itu.
”Kami pun tak habis pikir kenapa terjadi penganiayaan itu.
Apa mungkin Sara telah melukai perasaan mereka (kedua pelaku). Kalau demikian,
kami pun minta maaf,” kata Yohanes.
Namun, hingga saat ini, menurut Yohanes, keluarga kedua
pelaku belum ada yang meminta maaf kepada keluarga Sara. ”Ya, kami juga
memahami keluarga mereka (kedua pelaku) dan keluarga kami juga tak saling
kenal, melainkan anak-anaknya yang kenal,” kata Yohanes.
Tak dimungkiri Yohanes, meskipun cukup tegar, orangtua Sara
sesungguhnya juga terguncang, terutama ayah Sara, Suroto, yang kerap termenung
pada malam hari. ”Ibunda Sara, Elizabeth, memang kelihatan jauh lebih tegar.
Mudah-mudahan selanjutnya demikian,” kata Yohanes.
Sementara itu Polisi mulai memeriksa saksi-saksi terkait
kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto (19). Saksi-saksi itu di antaranya
adalah orang-orang yang dimintai tolong oleh pelaku Hafidt(19) saat mobil yang
dipakai untuk membawa mayat Ade Sara mogok hingga tiga kali.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar
Rikwanto mengatakan, saat berputar-putar hendak membuang mayat korban, mobil
yang ditumpangi pelaku AIH dan satu pelaku lagi, AR (18), mogok tiga kali. Saat
mogok ini, AIH meminjam jumper aki ke sejumlah orang untuk menghidupkan kembali
mobil KIA Visto.
Namun, mobil itu mogok lagi hingga tiga kali. AIH kemudian
memanggil temannya untuk meminjam aki. Teman AIH datang ke lokasi. ”Saat itu,
temannya sempat melihat ada orang di dalam mobil AIH. Ia bertanya, siapa itu?
Dijawab AIH, itu mayat,” kata Rikwanto.
Mendapat jawaban itu, teman AI diam sebelum kemudian pergi.
Setelah mesin mobil hidup kembali, pelaku pergi dengan membawa mayat korban.
Rikwanto menambahkan, polisi belum menjadwalkan pemeriksaan
psikologi AIH dan AR. Keduanya masih menjawab pertanyaan penyidik dengan
normal. Namun, jika dibutuhkan, polisi akan menghadirkan psikolog untuk
memeriksa kondisi kejiwaan kedua pelaku.
Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan
Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan, ada kemungkinan
kedua pelaku, AIH dan AR, telah kehilangan sensitivitas dan empati.
”Mungkin, entah bagaimana, sensitivitas ataupun empati
keduanya terkikis. Padahal, itu yang membatasi orang untuk tidak menyakiti
orang lain,” kata Vera.
Namun, menurut Vera, seseorang tidak bisa menjadi sesadis
itu dalam waktu singkat. Ia yakin ada beberapa faktor yang berkontribusi
memunculkan kesadisan itu. Hal ini bukan berarti membela atau mencari
pembenaran dalam tindakan kedua pelaku. Namun, faktor-faktor pemicu kesadisan
sebisa mungkin harus diungkap untuk menemukan akar masalahnya.
Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel,
berpendapat, kecil kemungkinan tewasnya Sara sebagai sebuah kesengajaan dan
terencana. Dua tersangka, yakni AIH dan AR, diduga kalap sehingga bereaksi
secara berlebihan. Efek ini timbul karena pelaku tidak profesional.
”Reaksi berlebihan dari kedua tersangka terjadi saat korban
berteriak dan bertindak di luar antisipasi sebelumnya. Cara tersangka
menghentikannya kebablasan,” kata Reza.
0 comments:
Posting Komentar